Saturday, April 13, 2013

Cinta Kita Terhalang Syahadat : Chapter 1, Lelaki dalam Hujan


Aku berlari dalam hujan, memburu waktu hanya untuk sebuah pekerjaan yang begitu aku benci. Ya, aku benci harus melakukannya, tapi....aku bisa apa? Entahlah.
------------------------------------------------------------------------------------------------
                Entah apa yang merasukiku hingga aku menerima tawaran pekerjaan ini. Menjadi seorang pengajar di daerah lain hanya karena keinginanku pergi dari rumah. Ah, serasa menyesal mengambil keputusan ini. Setiap hari membayangkan betapa enaknya hidup di rumah sendiri. Tapi, mungkin inilah takdir. Mungkin seperti itulah takdir yang membawaku bertemu dengan dia.
                Aku benci hujan, benci dengan suara petir menggelegar, dan aku harus berlari menyusuri jalan ini sendiri, tanpa seorangpun yang aku kenal. Semua tampak asing, pertama kali aku menapakkan kaki pada daerah ini. Sebuah daerah yang sunyi di tengah kota besar yang padat. Masih kurasakan penat akibat perjalanan udara, membuatku harus rela berburu waktu agar tidak mengecewakan di hari pertama. Tanpa sadar kakiku tersandung sesuatu kemudian jatuh...dalam rintik hujan. Kulihat tasku berceceran terlempar jauh ke depan. Aku tersungkur, sepatu hak tinggi ini begitu menyiksaku, mencampurkan semua perasaan sakit dan malu. 

Tasku.....ah mendarat disebuah kaki, kekar dan berbulu. Seorang laki-laki, bercelana pendek berkaos putih. Dia menengok ke arahku, dan saat itu mata kami bertemu. Serasa jantungku berhenti berdetak, tatapan itu terasa menembus pertahananku, aku tak bisa menggerakkan tubuhku sejengkal pun.
Dia terdiam sesaat, memandangku kemudian mengambil tasku dan memasukkan barangku. Aku masih terdiam dan tak bergerak, ah malunya aku, tapi entah ada apa dengan tubuhku. Dia bergerak perlahan mendekatiku, seakan dia tau aku orang asing di daerahnya dia menyapaku dalam bahasa universal,
“kamu tak apa2?”
Mulutku terkunci, hanya kata “ah” yang dapat keluar dari bibirku.
 Dia memapahku setelah meletakkan payungnya, membawaku ke pinggiran toko di seberang. Aku melihat wajahnya dari dekat. Tetesan air hujan yang menetes dari wajahnya membuat dia terlihat sangat menggoyahkan pertahananku. Tidak, ah...ada apa ini? Apa yang terjadi? Mengapa hatiku sesak? 
“Sekarang sudah tidak apa2 kan?”
 Aku memandangnya dan mengangguk. “Terima kasih”
“Lain kali hati2”, dia tersenyum sambil berjalan mengambil payungnya kemudian berlalu.
Aku memandangnya dari kejauhan, hingga punggungnya hilang ditengah derai hujan.
Aku tak tau siapa namanya, tapi...aku merasakan sesuatu yang lain padanya. Entahlah.
Bisakah kita kembali bertemu??
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                Suara mesin suara dalam bis membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku sudah sampai di halte pemberhentian menuju tempatku mengajar. Kembali melewati jalan ini. Berharap bertemu dengan lelaki itu. Namun, tiga bulan berlalu, tak pernah lagi ku temukan dia.
                Hhah, bodohnya aku. Mungkin saat itu hanya lamunan ditengah hujan. Atau sebuah imajinasi belaka. Entahlah. Tapi...entah mengapa aku punya satu keyakinan, aku akan bertemu lagi dengannya.
ilustrasi


EmoticonEmoticon