Monday, September 16, 2013

Cinta Kita Terhalang Syahadat : Chapter 12 - Ketika Aku Jatuh Cinta

Hari ini aku senang sekali akhirnya bisa berkenalan dengan dirinya. Telah lama aku memperhatikannya dari kejauhan. Berawal dari pameran gambar yang kukunjungi, dia adalah salah satu dar model pamern tersebut. Gayanya sangat natural dan sangat anggun dimataku. Tak kusangka aku mengenalinya langsung sebagai salah satu pelanggan di cafe tempat aku bekerja sambilan.

Aku mengaguminya secara langsung, tutur katanya, halus lembut bahasanya, sopan tindakannya, manis senyumnya, ah semua hal darinya aku suka. Terutama tatapan matanya yang sangat cantik, bulat dan bercahaya. Kerlingan matanya sesekali nampak centil, membuatku tak jemu melihatnya. Aku suka memperhatikannya ketika bercerita dengan teman2nya, tampak begtu antusias dengan sinar matanya yang mempesona, gaya bicaranya dan bahasa tubuhnya yang lucu, tak jarang menunjukkan ekspresi yang sangat menggemaskan.

Dan hari ini, aku mengambil kesempatan untuk berkenalan dengannya, seolah Tuhan memberikan waktu khusus untukku dengan datangnya hujan ini. Pas sekali saat pergantian shifku, dan dia masih duduk di pojok cafe dengan segelas susu hangat, menunggu pesanan dessert yang belum datang. Kuberanikan diri untuk menyapanya, dan memperkenalkan diriku. Ternyata benar dugaanku, dia sangat ramah. Mungkin wajahku sudah dikenalnya karena memang dia pelanggan setia cafe ini dan aku pun sudah hampir setahun bekerja disini.

Kami berbincang selama satu setengah jam, membicarakan banyak hal. Mulai dari asal usulnya, alasannya pindah dan menetap disini, ketertarikannya terhadap sastra dan budaya, terhadap anak2 dan keinginannya untuk membuka taman kanak2 suatu saat nanti. Kami pun membicarakan tentang diriku, penelitianku, tentang cafe ini, dan tentang cuaca yang sering berubah. Juga tentang pameran foto yang katanya dia sama sekali tak mengetahui bila dijadikan objek fotgrafi. Dia bilang sagat terkejut, ingin marah ketika mendengarnya dari temannya karena tanpa ijin mengambil dan memamerkan fotonya, tapi begitu melihat hasilnya cantik sekali maka diurungkan niatnya menuntu si fotografer. Saat dia bercerita itu, aku tak bisa menahan tawaku. Dia memang seperti yang kupikirkan selama ini, sangat lucu dan menggemaskan.

Sesekali dia berdendang kecil menyanyikan lagu dari The Beettles, dan karena aku pun menyukai lagunya, maka kita berdendang bersama lalu tertawa. Senyumnya merekah, membuat matanya semakin bersinar. Padahal, sebelumnya, dia sempat murung dan kesal, tampak membolak balikkan buku catatannya. Tapi syukurlah, dia terlihat menikmati perbincangan denganku.

Ah...satu setengah jam rasanya cepat sekali, dan aku harus berpisah dengannya. Hujan pun berhenti, berganti cerah matahari. Kami berpisah di perempatan, dia pulang ke apartemennya, dan aku kembali ke laboratorium meneruskan penelitianku.  Rasanya menyenangkan sekali, aku seakan terisi kembali baterai semangatku. Tak sadar aku berdendang di laboratorium, hingga menimbulkan tanya rekan2 satu penelitianku. Aku abaikan mereka dan kulambungkan anganku tinggi. Kubayangkan berdua dengannya melihat indahnya bntang di puncak bukit di belakang kampus, atau menonton kembang api bersama.

Kusadari, aku memang tengah jatuh cinta padanya. Dan rasa ini sangat indah......


EmoticonEmoticon