Saturday, October 12, 2013

Cinta Kita Terhalang Syahadat : Chapter 13 - Goodbye Love Pt. 1

"Cinta aku mau bicara"
Tiba2 saja kak Rahma datang ke kelasku. Wajahnya terlihat tegang, mukanya berminyak dengan mata sembab yang sedikit memerah. Berkerudung coklat dengan pakaian serba merah hati.
" Iya kak, tapi jangan disini, kita ke kantin aja ya" Jawabku sambil tersenyum. Berusaha untuk mencairkan suasana.

Aku tahu apa yang dirasakannya saat ini, aku tahu apa yang menjadi kegelisahannya. Ya, tidak lain memang karena kak Rey. Dua hari yang lalu, kak Rey datang menemuiku di rumah. Malam itu sudah sangat larut, pukul 11 malam. Tiba2 dia datang dan mengajakku ke taman. Kita berbicara serius, tentang hati dan apa yang sedang kita rasakan.

Dua hari ini aku pun dilanda kebimbangan. Malam itu kak Rey mengungkapkan perasaannya padaku. Meskipun ada kak Rahma yang selalu mendesaknya untuk terus menikahinya, namun kak Rey tak bisa membendung perasaannya padaku. Aku pun tak kuasa menahan perasaanku, aku memang menyukainya, aku mengaguminya. Tidak, lebih dari itu, aku memang mencintainya. Namun, aku cukup tahu diri untuk tidak mengganggu dia yang sudah mempunyai pasangan. Perasaan ini memang harus dihentikan, dan aku mengatakan secar ategas padanya malam itu.

Aku masih memikirkan kata2 kak Rey. Dia bilang, dia akan perjuangkan aku bila aku mau menjadi pasangannya. Dia akan membatalkan pernikahannya. Dan aku terkejut, ketika tahu bahwa kak Rey dan kak Rahma akan menikah. Aku tak menyangka seepat itu. Sedih, jujur saja aku merasakan patah hati yang luar biasa. Sedikit marah aku dengan kak Rey, aku merasa seperti dipermainkan. Namun mungkin suratan takdir memang harus berjalan seperti ini. Yang aku ingat kata2 terakhirnya sebelum aku menutup pintu rumahku adalah ,
" Cinta, Sabtu depan aku akan pulang. Jika kamu benar2 mencintaiku, aku mohon datanglah ke bandara. Aku akan benar2 membatalkan pernikahan ini. Aku tak menginginkannya."
"Bagaimana jika aku tak datang?" jawabku, kami sama2 terdiam cukup lama dengan tegang. Lalu kujawab dengan penekanan tegas.
" Lanjutkanlah hidupmu kak, sebagaimana sudah dituliskan dalam takdir kita. Selamat malam "

Dan pagi ini kak Rahma datang padaku, aku tahu kira2 apa yang akan dia bicarakan. Jujur saja aku malas menghadapinya. Aku sudah malas untuk kemudian berurusan dengan mereka. Biarlah cukup aku yang patah hati. Aku pun punya hati jika aku ada di posisi kak Rahma. Bagaimanapun dia bertindak, seperti apapun sikap dia, dia telah memenangkan perjuangan cinta yang dilakukannya.

"Cinta aku mohon kamu berhenti mengejar kak Rey" Dia berkata dengan sangat tegas dan menatapku lekat2. Aku tersenyum seraya berkata ,
" Maaf kak, Cinta tak pernah mengejar2 kak Rey. Dia yang datang kepada Cinta"
" Tapi kamu menerimanya juga kan?"
" Sejujurnya iya. Maaf kak, Cinta memang menyukai kak Rey. "
" Apa kamu tak tahu bahwa kita akan menikah? "
" Tahu"
" Lalu kenapa kamu masih mengejarnya?"
" Maaf, kakak salah. Cinta tak pernah mengejar kak Rey. Kakak bisa tanya kak Rey. "
" Tapi kamu mencintainya"
" Karena kak Rey juga mencintaiku"
" Berani kamu bicara seperti itu. Kamu tak pernah menganggap aku sebagai tunangan Rey?"
" Cinta tahu itu. Tapi kak Rey mencintai Cinta. Itu yang dia katakan."
Kak Rahma mulai menangis dan terlihat sangat stres. Aku sadari aku pun larut dalam emosi yang dibuatnya. Kuraih tangannya dan kupegang erat.
" Maafkan cinta kak. Cinta tak bermaksud untuk menyakiti kakak."
" Rey tak pernah mencintaiku. Apa salah ku?? Kenapa dia leih mencintai kamu??"
" Kakak, cinta cukup tahu diri untuk tidak menghalangi kalian. Cinta ingin kakak bahagia dengan kak Rey. memang kita tidak bisa memaksakan sebuah cinta, tapi kita bisa membuat orang lain jatuh cinta kepada kita secara perlahan. Dan kakka bisa lakukan itu..."
Kak Rahma terdiam lama. Air matanya sudah menetes deras. Dia menunduk dan semakin menunduk.

" Cinta selalu doakan kebahagiaan kakak. Semoga dilancarkan pernikahannya. Cinta pamit dulu kak, ada yang harus diurus."

Aku tinggalkan kak Rahma yang masih menangis. Dalam hati aku merasakan sesak yang luar biasa. Ku percepat langkahku dan berbelok ke arah toilet. Kumasuki salah satu bilik toilet, dan tak kuasa untuk meneteskan air mataku. Rasanya sesak sekali.





EmoticonEmoticon