Monday, November 17, 2014

Renungan Pagi Ini : Everybody has their own problems

Beberapa hari ini saya kena curhatan 2 orang sahabat baik saya disini. Mereka berdua berasal dari negara yang berbeda dan juga berbeda dengan saya. Masalahnya intinya sama, pembayaran uang kuliah.

Yang satu, pria tampan dengan hidung berlebih. Dia menyesalkan sikap supervisinya yang kurang begitu menyokong kehidupan dia disini. Dia hanya mendapatkan beasiswa satu tahun, itu pun hanya bebas uang kuliah. Semester ini, dia terkejut karena tagihan dari pihak universitas datang. Setelah di konfirmasi sana sini, keputusannya adalah dia harus membayar uang kuliah semester ini. Jumlahnya fantastis sekali. Pertanyaannya adalah, bagaimana dia harus melunasinya dalam waktu 2 bulan?? Akhirnya setelah utang sana sini, terbayarlah setengahnya. Supervisinya sangat tidak mendukung. Bahkan, untuk living support saja tidak diberikan, tidak pula Research Assistant (part time job untuk mahasiswa, biasanya kalau sudah masuk s3, mahasiswa tanpa beasiswa diberikan part time job sebagai research assistant dan dibayar). Akhirnya dia ngotot ingin bertemu dengan presiden universitas. Tapi sampai hari ini belum bisa menemui presiden karena beliau sedang tidak di tempat.

Yang satu, pria garang namun berhati lembut. Dia mendapatkan beasiswa dari pemerintah negaranya. Masalahnya adalah, isu kesehatan yang sedang menimpa banyak negara tetangganya (termasuk negaranya), membuat perekonomian negaranya kacau. Akibatnya beasiswanya dipotong hampir 50%. Jumlah drastis yang dia tidak siap sebelumnya. Hasilnya, dia yang sudah terbiasa dengan konsentrasi di laboratorium kini harus mulai mencari pekerjaan seperti kami untuk memenuhi kebutuhannya dan juga menutupi kekurangan pembayaran uang kuliahnya.

Aku jadi bercermin dengan diriku sendiri, Aku pun jg sama, tapi minimal, uang kuliahku sudah free, dan supervisiku memberikanku dukungan keuangan dengan mengusahakanku menjadi Research assistant dan juga bahkan teaching assistant. Meskipun, untuk sehari2 itu juga belum cukup. Untuk menutupinya, aku mencari celah waku untuk melakukan part time job di luar kampus, yaitu di kebun bunga. Dulu, waktu master, kerjaan saya random. Kadang di toko buah, di kebun sayur, kebun stroberi, bahkan di pabrik. Gajinya lumayan tinggi 750-850 per jamnya. Tapi sekarang, jam kerja saya terbatas. Research assistant dan teaching assistant membuat saya harus berada di kampus 5 hari full dari jam 9-5 kadang harus lembur hingga malam untuk mengolah data penelitian. Hanya punya waktu sabtu dan minggu. Hari minggu biasanya tidak ada aktivitas kerja di perusahaan. Untuk sekelas supermarket, saya belum berani mencoba. Biasanya mereka butuh yang bisa kerja paling tidak 4 hari dalam seminggu disamping fasih berbahasa jepang dan mengerti huruf kanji. Level saya masih jauh haha.

Jadilah, saya melamar di perusahaan bunga, dengan gaji yang bisa dikatakan di bawah UMR (UMR kota gifu 750 yen / jam - cukup untuk sekali makan, kdang kurang kalo makannya di restoran kari india haha). Tapi, saya enjoy kerja disitu. Hortkultura adalah bidang yang saya sukai. Meski gaji sedikit, namun saya mendapat banyak sekali pelajaran disana. Sayang, saya hanya bisa datang hari sabtu saja. Bosnya sangat baik dan teman2 kerja saya disana juga sangat baik.

Itu pun masih belum cukup untuk menutupi biaya hidup disini yang begitu tinggi. Belum lagi bayar hutang. Aku, kalau kepepet sekali, mau ga mau bapakku andalannya. Padahal waktu master dulu, aku sudah bisa mengirim uang huhu.

Tapi, temanku berkeyakinan beda. Mereka laki2. Sesulit apapun perekonomian disini, pantang bagi mereka menghubungi keluarganya. Sehingga mereka pun berjuang mati2an, meski di depan keluarganya mereka tersenyum ceria dan bersikap seolah2 sangat kaya. Mereka bilang, itulah harga diri seorang laki2.

Oh man...aku jadi bersyukur, aku masih diberi kemudahan dengan pembebasan uang kuliahku. Aku masih bersyukur, aku masih diberi kemudahan melalui supervisiku. Aku bersyukur Tuhan melembutkan hati supervisiku saat ini. Jika melihat sikap dari supervisi kedua sahabat saya, saya sangat bersyukur mendapat supervisi yang baik. Meski tetap, kadang2 tendensi nya dalam "memerintah" masih terasa, tapi mungkin itulah sebuah sikap yg ditunjukkan seorang atasan.

Tapi begitulah manusia. Mereka mempunyai masalahnya sendiri. Sepertinya mereka baik2 saja berbuat kekacauan atau kekonyolan. Tapi kita tak pernah tau, bahwa mereka juga memendam masalahnya.

Respect saya terhadap kedua sahabat saya, dan orang2 di manapun yang sedang berjuang dari masalah terutama perekonomian. Semoga Tuhan menyegerakan kalian untuk menyelesaikan masalah. Tuhan tidak akan membiarkan umatnya mati kelaparan jika mereka terus berusaha. Mati kelaparan hanya untuk orang yang malas. Ada beribu2 jalan yang bisa kita lakukan untuk bertahan hidup. Dan Tuhan, tidak akan pernah menyia2kan usaha umatnya. Percayalah :)


Ps. (soal mati kelaparan, bukan tentang yg di daerah susah spt afrika ya, tolong pisahkan)

4 comments

Everybody has, mbak e. Bukan everybody have heheheheheheh

hehehe iyaaa makasih mas koreksinya :D

waw mbk, sy bnyk belajar dr postingan mbk di blog ini. intiny sy jd agak minder deh dg cita" sy utk study abroad, apalagi d Jepang sprt yg mbk ceritakn susah senengny hidup d negeri sakura itu, huhu T_T

Azhar, jangan pernah minder dengan keinginanmu stuydy abroad. Tulisan ini aku bikin sebagai reminder aku sendiri untuk selalu berusaha keras dan bersyukur dalam apapun keadaannya. Kamu harus tinggikan cita2mu.
Coba baca ini deh hehe
http://ailovecinta4.blogspot.jp/2014/02/hidup-adalah-kumpulan-doa-di-masa-lalu.html
http://ailovecinta4.blogspot.jp/2015/03/tuhan-maha-kaya-kenapa-hanya-minta.html


EmoticonEmoticon