Thursday, January 8, 2015

Dealing with Rejection

Pagi ini, baru saja, saya mendapati senior sudah berkutat di depan meja kerjanya. Saya tidak bertemu dengannya sejak seminggu sebelum liburan akhir tahun. Kurang lebih, tiga minggu yang lalu, ketika hari terakhir saya bertemu dengannya, dia sempat bercerita mengenai papernya yang belum juga mendapat balasan dari jurnal yang dia kirimi. Setelah 2 kali papernya ditolak oleh dua jurnal yang berbeda. Pagi ini dia membawa kabar buruk, papernya DITOLAK.

Beruntung aku mengambil mata kuliah tentang penulisan paper internasional, dan sebagian besar isi dari materi kuliah tersebut adalah bagaimana cara menghadapi sebuah penolakan (dalam menerbitkan paper atau artikel ilmiah ke sebuah jurnal). Namun, dapat juga diaplikasikan di beberapa aspek kehidupan, termasuk juga pekerjaan dan cinta.

Ditolak adalah sebuah keadaan yang setiap orang tidak ingin mengalaminya. Pun begitu dengan saya. Soal sepele saja, minta uang ke orang tua, saya sering mendapat penolakan, itu sakit lho. Apalagi soal yang menyangkut masa depan seperti ini. Pengalaman saya pribadi, pernah pula ditolak universitas, ditolak kerja, ditolak beasiswa, ditolak cowok juga sering. Itu normal. Setiap orang selalu mengalami penolakan2 kecil dalam hidupnya. Lantas bagaimana jika penolakan ini berujung pada susahnya kita lulus dari universitas? Nah, inilah yang menjadi problem dari semua mahasiswa, khususnya mahasiswa S3 seperti kami.

gambar dari google

Dalam kuliah Prof. Sri Kantha, kami diajarkan tentang bagaimana menyikapi penolakan. Saya rangkumkan beberapa materinya (ini ada catatannya lho)

1. Kita dipersilakan untuk merasa kecewa tapi tidak boleh berlarut2

2. Kita dipersilakan untuk menangis, berteriak, atau marah dan meluapkan emosi sekalipun, tapi tidak boleh bunuh diri

3. Biarkan diri kita tenang dengan tidak memikirkan atau membaca ttg penolakan tersebut selama SATU HARI

4. Baca kembali dan pelajari surat (atau alasan mengapa ditolak), temukan apa yang menjadi inti dari permasalahan

5. Perbaiki segera

6. Kirimkan kembali hasil perbaikanmu dan tunggu komentar selanjutnya

7. Apabila masih ditolak juga, perbaiki lagi hingga berhasil

8. Apabila alasan yang dikemukakan aneh setelah kamu mempelajarinya, maka segera putuskan untuk beralih ke jurnal yang lain.

Ingat selalu, bahwa kesuksesan adalah kegagalan dengan perbaikan. Success is a failure with revisions.

Jika kamu ingin sukses, maka janganlah takut untuk menerima penolakan. Kamu ditolak, itu artinya kamu tidak cukup bagus untuk sesuatu yang kamu tuju. Maka perbaiki. Kemudian coba lagi, gagal, perbaiki, coba lagi. Begitulah hidup.

Ah...saya saat ini cuma bisa menyampaikan apa yang menjadi materi kuliah. Selengkapnya akan saya tulis di akhir tahun ini atau tahun depan. sebentar lagi, mungkin saya akan mengalami apa yang senior saya alami. Kita semua sudah siap dengan penolakan. Stress, bad temper, depression dan sebagainya sudah menanti di depan. Saya pasti bisa menakhlukkannya!!! Yosh!!!


EmoticonEmoticon