Wednesday, September 23, 2015

Summer for The Misanthrope Love (2)

Hari-hariku di tempat baru ini semakin menyenangkan. Aku rasa, gadis2 disini tertarik kepadaku. Setiap hari aku kepayahan melayani chat mereka di telepon gengam. Dan kuliahku terasa menantang dengan jurusan baru yang aku pilih. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku dengan bersenang2 bersama teman, mulai mencoba alkohol, yang belum pernah aku coba di negaraku. Ya, orang tuaku sangat ketat terhadap peraturan di negaraku yang tidak membolehkan warganya yang berusia dibawah 25 tahun untuk mengonsumsi alkohol. Disini, aku bebas melakukannya meskipun umurku masih 24 tahun. Aku juga menikmati hubungan singkat bahkan semalam dengan gadis2. Melakukan kegilaan dalam dunia malam hingga pagi menjelang. 


Semua itu terasa begitu menyenangkan pada semester pertama, dan aku mulai merasa hambar seiring berjalannya waktu. Kulihaku yang tadinya kupikir akan begitu menyenangkan, rupanya tidak berjalan lancar. Gaya hidupku yang hedon membuatku harus banyak mengembalikan uang yang tanpa sadar kupinjam dari teman2ku. Dan gadis2 itu semakin hari semakin melonjak saja keinginannya. Mereka ingin aku menjadikannya sebagai kekasih atau lebih dari itu. Namun tak ada satu wanita pun yang mampu menarik hatiku. Hingga suatu hari aku bertemu lagi dengannya. Sebenarnya, sering aku bertemu dengannya, entah berpapasan, dalam satu kegiatan, atau berbincang berdua. Namun entah mengapa aku hanya menganggapnya lalu. Hingga saat itu. Ketika aku sedang merasa ingin lari dari kehidupan ini, namun aku tak bisa lari pada kenyataannya, dan aku bisa merebahkan diriku di taman belakang kampus di awal musim panas itu. 

Dia datang dengan lengganggnya, tiba2 menyodorkan soft drink dingin padaku. 

" Tumben sekali kamu disini" sapanya lalu duduk di sebelahku setelah aku mengucapkan terima kasih.

"yah...butuh refreshing sejenak"

"Does everything ok?", aku hanya menjawabnya dengan gelengan. Mataku terpaku jauh menatap burung2 di atas.

Hening sejenak, kulirik dari sudut mataku, dia rupanya mengikutiku melihat burung yang terbang di atas.

"Pernah nggak kamu membayangkan, ketika suasana seperti ini, hening, tenang, kicau burung terdengar sangat merdu, awan berarakan di langit yang biru...." aku tersenyum mendengarnya, entah kenapa hatiku mulai tenang membayangkan apa yang dia narasikan.

".....kemudian dari atas....pluk...ada kotoran burung jatuh menimpa wajahmu"

Aku menyadari kata2nya selang beberapa detik, dan tak kuasa menahan tawaku. Aku tertawa seperti tak pernah tertawa lepas sebelumnya. Hingga membuatnya keheranan.

"Andre...are you ok?" tanyanya dan ekspresinya yang kebingungan membuatku makin tertawa.

Dia semakin kebingungan, "aku hanya melempar joke kecil dan tidak terlalu lucu, kenapa kamu tertawanya seperti itu???"

Masih dengan menahan tertawa, aku hanya mengusap2 kepalanya. Entah kenapa aku ingin melakukannya, aku mengetahui dia suka diperlakukan begitu ketika Thaher, salah satu teman kuliahku yang juga sahabatnya sering melakukannya. 

"Kamu lucu, Ra, thanks ya" kataku sambil berpamitan menuju kelas karena ada jadwal kuliah. Meninggalkan dia yang semakin kebingungan.

Ya...aku merasakan dadaku hangat. Sebuah joke kecil dan moment yang tidak begitu penting sebenarnya. namun, entah mengapa mengingatnya sepanjang hari itu membuatku tersenyum kecil. Hingga tanpa sadar, aku terus membawa botol soft drink pemberiannya hingga malam menjelang.


EmoticonEmoticon