Monday, February 29, 2016

Welcome Spring

Hai halo apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik-baik dan sehat-sehat. Tidak terasa sudah bersarang laba-laba saja blog saya karena nggak pernah disentuh.

Yah akhir2 ini saya lebih fokus ke ranah tulisan ilmiah sebenarnya.

Mmm..sedikit bohong sebenarnya.

Baiklah, jujur, sedang tidak ada mood untuk menulis. Baik itu nge-blog ataupun nulis paper. Akibat paper saya ditolak. Iya betul. Ditolak. Tapi nggak apa2. Ditolak satu, nanti ada 1000 yang akan menerima. hehe

Anyway, saya nggak mau membahas tentang kepedihan. Saya ingin membahas tentang musim semi.

Akhir2 ini di Gifu sedang ramai dibicarakan tentang climate change. Bagaimana mungkin 2 hari yang lalu panas banget, lantas kemarin tiba2 badai salju, dan hari ini matahari bersinar terang namun salju turun seperti ketombe yang tersapu angin??? Penjelasan ilmiah mohon saya dijelaskan. Karena saya tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan iklim di dunia ini.

Bicara tentang perubahan, beberapa waktu lalu saya sempat menertawakan salah satu teman saya. Ceritanya dia dengan bangganya bercerita tentang teman satu laboratorium saya yang suka tidur di laboratorium. Dia cerita dengan nada khasnya dan tertawa karenanya. Saya tanggapi dengan dingin. Iya, dingin sekali. Saya bilang, "kamu itu nggak pernah percaya kalau aku yang ngomong ya?".

Karena, beberapa waktu sebelumnya, saya beberapa kali cerita bahwa teman saya satu laboratorium itu memang tidurnya suka di ruang kerja kami. Karena hangat dan banyak alasan yang sudah saya paparkan. Saya pikir, asem banget ini teman saya, saya cerita ebberapa kali sampai berbusa loh. Rupanya omongan saya nggak dianggap.

Tapi, sadar nggak sih, kalau banyak sekali orang2 yang berbuat demikian. Atau justru, kitalah yang sering berbuat demikian? Percaya deh, segera tinggalkan kebiasaan seperti itu. Itu menyakiti orang lain loh, readers. Coba dipikir, orang lain sudah bercerita hal yang sama, dan kamu seenaknya nggak ngedengerin, dan kemudian kamu cerita pada orang itu sesuatu yang sama seperti yang dia berulang kali ceritakan. Itu kan kurang ajar namanya. Coba kamu yang ada di posisi itu, gimana perasaanmu?

Hidup bermasyarakat memang tidak mudah. Kita memang tidak bisa berbuat seenaknya jika sudah menyangkut tentang berhubungan dengan orang lain. Pernah sewaktu ketika, saya dimarahin lewat telepon oleh salah seorang junior saya yang memang dia lebih tua 2 tahun dari saya, sudah diangkat jadi dosen, punya mahasiswa, punya anak juga. Tapi, kelakuannya bikin orang geleng2 kepala. Sebentar, saya disclaimer dulu, ini bukan cuma saya yang ngomong, melainkan banyak sekali orang. jadi, kalau itu orang mau complain, tolong jangan lagi complain ke saya, tapi complainlah ke hampir semua orang.

Jadi, berawal dari saya mendapat tugas sebagai perpanjangan lidah dari salah seorang rekan kerja kepada masyarakat komunitas disini. Saya menyampaikan tepat seperti yang rekan kerja saya sampaikan. Saya sampaikan adalah, bahwa rekan saya akan datang antara rentang waktu jam sekian sampai jam sekian. Itu sudah tertulis jelas. Baiklah, saya ceritakan langsung, saya bilang, rekan saya akan datang antara jam 5-6 sore. Saya pikir, orang2 sudah cukup cerdas untuk memahami arti dari antara jam 5-6, ya? tidak perlu dijelaskan lagi.

Lantas, orang tersebut menelepon saya tepat jam 5 sore, marah2 karena rekan saya belum datang. Setelah itu, saya dengar dia dengan nada setengah membentak kepada keluarganya dan menyuruh mereka pulang, karena mereka sudah menunggu dari jam 4:30. Sebentar, koq saya yang dimarahi??? Kan saya nggak salah. Ketika saya curhat dengan teman2 saya, rupanya mereka menceritakan pada saya banyak cerita mengenai dia. Oh, ternyata ada yang lebih parah dari saya ceritanya mengenai kelakuannya. Otomatis, saya pengen nyindir dia. Dan saya sindirlah dia di sosial media. Sayangnya, saya nyindirnya nanggung. Akhirnya malah banyak sekali rekan2 dosen yang jadi "kroso". Eh malah dia nya nggak "kroso". Asem.

Tapi, benar kata teman saya dari belahan Arabian, kalau kita ketika merantau, justru akan banyak terlibat masalah pada manusia yang berbahasa sama, ketimbang bermasalah dengan manusia dengan bahasa yang berbeda. Kemampuan kita mengerti itu lebih tinggi. Kalau kita punya masalah dengan bule, bilang I'm sorry, kelar urusan. Kalau bermasalah dengan orang indonesia, bilang maaf aja nggak bisa kelar. Pasti ada buntutnya. Entah gosip, fitnah, menjauh, dan sebagainya. Itu sudah seperti hukum rimba.

Dan saya sangat setuju dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa " Best friend could become an enemy, enemy could become a lover, and a lover could become a best friend". Untuk itu, nasehat salah satu dosen saya adalah, jangan sampai kita membenci orang. Sebisa mungkin, jikalaulah harus membenci, bencilah kelakuannya, jangan benci orangnya. Karena sifat seseorang akan berubah seiring dengan banyaknya pengalaman hidup dan peristiwa2 yang menerpanya. Tapi, apa boleh buat, disini saya sudah ada paling tidak 2 orang yang saya benci lahir batin. Terus terang, mereka benar2 bukan hanya menyakiti saya, tapi juga pernah membuat saya benar2 marah dengan kelakuannya. Meski mereka berbaik hati pun, saya anggap mereka hanya berpura2. Dan saya yakin, mereka juga memandang saya seperti itu. makanya, saya nggak suka dekat2 dengan mereka, dan saya nggak pernah mau berramah taman dengan mereka. Maaf, tapi saya adalah tipe orang yang tidak mau berbohong dalam berekspresi. Mata saya tidak akan pernah berbohong.

Ya sudah, kita ganti topik pembicaraan aja. Musim semi ini saya ada deadline banyak. Paper menunggu, dan terbitan buku pertama saya juga sudah menunggu. Namun, saya juga sudah membuat konsep novel tentang kisah cinta yang baru saja saya dapatkan pengalamannya. Tadinya saya pikir akan berakhir indah dalam satu cerita, namun rupanya salah satu hal tak terduga timbul dalam pikiran saya. Maka saya bertekad keras akan membuat novel ini menjadi 2 bagian yang beda dari novel kebanyakan. Heheh, kalau bisa sih. Saya kan amatir. Semoga bisa selesai dan nggak mentok ide yaaaa.

Yang jelas, musim semi ini saya yakin akan menjadi awal yang indah bagi saya. Saya yakin bahwa Tuhan akan selalu memberikan serentetan skenario hidup yang sangat indah. Dan saya sangat bersyukur akan hal itu. Oh iya, sebelum lupa, pernah juga saya mendengar orang bilang "kamu harusnya bersyukur" atau "kamu nggak bersyukur sih". Oh readers, tahu apa kalian tentang hidup orang lain? hanya karena mereka mengeluhkan tentang sesuatu, lantas dengan mudahnya kalian komentar bahwa mereka tidak bersyukur. Lantas apakah kalian sudah bersyukur? Lalu, apakah syukur itu harus selalu diucapkan di mulut kepada orang lain? Bukankah syukur itu adalah masalah kamu dan Tuhanmu? Akan lebih baik, jika kalian ganti kata2 menjadi " tapi syukurlah, kamu masih diberi kesempatan untuk bla bla bla". Bukankah lebih indah terdengar?

Yuk, kita berusaha jadi orang yang selalu bersahaja. Anak presiden Jokowi aja dibekali wejangan untuk selalu hidup sederhana, lho. Lha bapak kita itu cuma apa??? Koq kita sombong. Malu lah sama yang punya hidup.

Daripada pusing baca tulisan saya, mending dengerin AAA aja, grup vokal kesayangan adek saya yang paling kecil. tapi lagunya bagus2 sih hehe.

Sayonara no Mae ni - AAA





EmoticonEmoticon