Saturday, June 11, 2016

Toleransi dan Razia Warung Makan (kasus di Serang, banten)

Melihat video ini dari kompas TV, rasanya saya hampir saja batal puasa karena marah. Dengan dalih toleransi, pemda Serang, Banten merazia warung makan. Ini toleransi macam apa? Toleransi untuk umat Islam saja bukan? Apakah benar, orang puasa butuh toleransi? Puasa itu sebenarnya untuk apa sih? Puasa itu sebenarnya bagaimana sih? Lalu, mana toleransi untuk orang2 yang beragama lain? Mereka kan butuh makan juga. Terus, mana toleransi untuk wanita2 Islam yang sedang haid? Mereka kan butuh makan juga.

Mana perazianya pakai cadar, muka ditutup. kenapa tak dengan jantan memperlihatkan wajahnya? takut didemo orang sekampungnya kah?

huh!... bisa batal beneran puasa saya ini.

Baiklah, mari kita bahas tentang puasa. Saya coba kumpulkan banyak2 pendapat dan hasil nonton ceramah dadakan di yutub dari ustad kurang terkenal sampai Zakir Naik. Maklum, saya kan pengetahuannya sangat sedikit kalau urusan agama.

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus saja, tetapi  puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu. Hawa nafsu itu yang bagaimana? Menurut Wikipedia, Hawa nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia; berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut. Hawa nafsu bukan hanya berupa nafsu seksual saja, tetapi juga nafsu amarah, nafsu serakah, nafsu pamer, nafsu bersombong diri, dan juga nafsu makan. Siapa bilang nafsu makan itu tidak termasuk dalam hawa nafsu?

Mungkin bapak dan ibu perazia itu belum pernah merasakan puasa di negeri yang non muslim. Dimana setiap hari saat kita puasa kita akan disuguhi pemandangan sosis lezat di mana2. Segarnya es krim dan lezatnya makanan2 di tepi jalan. Kita puasa, orang duduk di sebelah kita dengan tenangnya makan. Tapi, kita tidak pernah menuntut mereka dengan alasan toleransi. Bukankah, kita puasa adalah seharusnya kita yang mengendalikan diri? Itulah kenapa kita dituntut untuk puasa. Kita melihat makanan, kita melihat warung makan, Allah menginginkan kita untuk menahan nafsu makan kita. Itulah mengapa Allah menyuruh kita puasa. Supaya kita sendiri yang mengendalikan nafsu kita sendiri. Untuk apa kita puasa, tapi dikondisikan lingkungannya menjadi tidak ada godaan? Itu seperti kita menanam tanaman di rumah kaca yang lingkungannya lengkap sudah. Sudah pasti hasilnya bagus. Tapi, itu tidak bisa mencerminkan kualitas spesies yang sebenarnya. Begitu juga dengan manusia.

Jika kita, berhasil mengendalikan nafsu kita dengan berpuasa di lingkungan yang penuh godaan, bukankah Allah akan menganugerahi kita level yang tinggi? Itu kata ustad2 yang ceramah lho, bukan kata saya.

orang berjualan makanan, sudah pasti mereka butuh uang untuk keperluan sehari2. Bapak ibu perazia itu nggak perlu repot2 bangun dini hari dan masak banyak seperti para penjual makanan itu. Mereka cukup datang siang ke kantor, main zuma atau internetan, sudah uang datang sendiri dari pemerintah. Coba lihat wajah mbok2 penjual makanan di awal video itu, kasihan banget. Kenapa saat Ramadan, kita justru malah mematikan rejeki orang? Apakah itu yang Allah harapkan? Apakah itu yang Rosul contohkan? Apakah Rosul pernah merazia warung makan para Yahudi dan Nasrani? Ah, sebodoh2nya saya soal agama, seingat saya, belum pernah ada cerita seperti itu.

Marilah kita hidup saling bertoleransi. Bukan toleransi untuk diri kita, tapi toleransilah untuk orang lain.


EmoticonEmoticon